Rabu, 18 Juni 2014

Peluang dari Tuhan

PELUANG DARI TUHAN Kemarin saya nonton film berjudul “Evan Almighty” yang menceritakan tentang kisah Nabi Nuh versi modern. Meski ngga ngikutin dari awal tapi film ini sukses membuat saya penasaran dan menonton sampai selesai. Sebenarnya film ini biasa aja –setidaknya jika dibandingkan film Titanic misalnya- tapi pesan moral yang terkandung di dalamnya menurut saya yang patut diacungi jempol. Walau agak aneh dengan setting cerita yang berlokasi di New York dengan kehidupan modern tapi berlatar belakang cerita Nabi Nuh yang setahu saya belum bisa SMS-an. Belum lagi ketika diakhir cerita dituliskan ada tokoh pemeran “Tuhan” yang diperankan oleh Morgan Freeman. Ok, back to the film. Tokoh utama film ini: Evan, adalah seorang politikus yang sedang membuat RUU perlindungan lingkungan (khususnya hewan) di kota New York. Dia tampan, sukses dan bahagia. Sampai dia bertemu “Tuhan” dan diperintahkan untuk membuat bahtera agar terhindar dari bencana banjir besar. Then, bertransformasilah si Evan ini menjadi layaknya Nabi Nuh lengkap dengan pakaian ala manusia gua dengan rambut dan jenggot yang lumayan ;aneh (kata ibu’ saya mirip jilbab). Evan bersikeras mengatakan pada keluarga dan koleganya kalau dirinya adalah pesuruh Tuhan. Sampai disini bisa ditebak reaksi orang-orang dengan perilakunya, yap _they said: he’s out of his mind_. Dan dia dapat julukan ‘Noah of New York’. Ngga Cuma orang lain yang mencibirnya, istri dan anaknya pun memilih untuk meninggalkannya ditengah kontroversi pengesahan RUU yang batal diundangkan gara-gara “Prophet Noah” ini tampil di gedung kongres dikawal sekelompok hewan - semuanya berpasangan- yang memmbuat kehebohan. Meski begitu dia ngga mundur dan terus melanjutkan misinya untuk membuat sebuah bahtera. Then, Istri Evan secara tidak sengaja bertemu “Tuhan” di sebuah resto dan mendapat pencerahan (scene ini menurut saya yang paling berkesan). Mr. “Tuhan” berkata: “Saat kita meminta pada Tuhan untuk lebih bisa mencintai pasangan, Tuhan tidak memberi kita banyak cinta tapi memberi kita peluang untuk lebih bisa mencintai pasangan”. That’s a strong words!!!. Dalam konteks film ini tentu saja yang dimaksud peluang itu adalah; istri Evan diberi peluang untuk lebih mencintai suaminya yang berperilaku layaknya nabi dan dikecam banyak orang. And it works. Istri dan anak-anak Evan akhirnya mendukung perjuangan Evan membuat bahtera plus dibantu hewan-hewan berpasangan itu. And the points that i’ve learned from this film are: >Tuhan tidak selalu memberi apa yang kita inginkan, tapi selalu memberi peluang untuk memperoleh yang kita inginkan. Pintar misalnya: kalau mau pintar tentu ngga bisa hanya dengan duduk manis tanpa belajar. Peluang jadi pintar dari Tuhan datang melalui belajar di sekolah atau rajin baca buku. Nah, ini kadang yang bikin saya bingung sama pernyataan klise: ‘jodoh, rezeki, maut itu di tangan Tuhan’. Sebagai manusia beriman saya juga meyakini itu, tapi tanpa usaha ngga mungkin ada hasil, kan?! Kalau rezeki mutlak di tangan Tuhan, terus kenapa orang-orang sibuk kerja keras banting tulang buat cari uang. Yang belum dapat jodoh, sibuk menyempurnakan diri biar banyak dilirik (bahkan ikut “take me out’ segala). Yang lagi sakit rela merogoh kocek dalam-dalam supaya bisa sembuh. Sebenarnya disadari atau tidak mereka (termasuk saya) sudah berusaha memperoleh apa yang kita minta pada Tuhan melalui peluang yang diberi Nya. Doa boleh tapi usaha tetap jalan. >komitmen. Ini adalah satu kata yang menurut saya gampang diucapkan tapi paling sulit direalisasikan. Kalo relevansinya dengan film ‘Evan Almighty’ tentu kaitannya dengan komitmen Evan yang terus memperjuangkan misinya meski ditentang banyak pihak. Dan komitmen istri dan anak-anak Evan untuk tetap setia mendampingi sang kepala keluarga yang dianggap tidak waras. Sampai di titik ini saya belajar bahwa konsep pernikahan itu ngga hanya melulu hal-hal yang romantis, indah dan happiness but it also about –accept our partner’s lacks,too-.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar