Kamis, 26 Juni 2014

Resensi Novel Sang Pemimpi

IDENTITAS BUKU Judul: Sang Pemimpi Penulis : Andrea Hirata Penerbit: Bentang Pustaka Tahun Terbit: 2006 Dimensi: 20,5 cm Tebal: 292 halaman Peresensi: Alfian, E. SINOPSIS Novel yang mengisahkan perjalanan hidup dua tokoh utamanya, yakni Ikal dan Arai ini sangat inspiratif. Menggugah semangat, mempercayai kekuatan cinta dan berani “bermimpi”. Tidak hanya jadi pemimpi tetapi berjuang keras meraih mimpi. Diawali dengan pencitraan visual daerah Belitong, setting tempat cerita dalam novel ini. Lalu berlanjut dengan kisah sang “Simpai Keramat” yakni Arai, yang sebatang kara setelah kedua orang tuanya meninggal dan diasuh oleh keluarga Ikal. Hingga keduanya seakan tak terpisahkan, melewati masa kanak-kanak hingga remaja yang dibumbui cerita cinta khas remaja. Meskipun agak komikal pada awalnya, namun pemilihan kata-kata komunikatif berbahasa Melayu yang dipakai penulis mampu membawa pembacanya terbawa dalam alur kehidupan tokoh-tokohnya. Suka cita masa remaja, kerasnya perjuangan hidup Ikal dan Arai sebagai buruh “ngambat” untuk membiayai sekolah, persahabatan dan penghormatan pada orang tua tergambar apik melalui sikap dan tindakan tokoh-tokohnya. Serta tak lupa, percaya pada Tuhan akan membuat segala yang tak mungkin akan menjadi mungkin. Terbukti dengan kesuksesan Ikal dan Arai menuntut ilmu di Universitas Sorbone, Perancis. Meski awalnya sempat terpisah setelah mereka merantau ke Jawa untuk mengadu peruntungan dan berharap bisa kuliah. Setelah melewati berbagai rintangan, akhirnya mimpi pula yang kembali mempertemukan mereka. Kemiskinan yang membelit dalam balutan cita-cita, canda tawa yang halus dikemas dalam bahasa santun dan sedikit scientist, membuat kita seakan berada dalam dua dimensi paradoks kehidupan. KELEBIHAN Novel karya Andrea Hirata ini dapat dibaca oleh berbagai kalangan. Cerdas, menghibur sekaligus menggugah semangat. Pemilihan diksi yang mempesona, membuat pembaca seakan tak ingin melewatkan satu bab-pun dalam novel ini. Humor, cinta dan iman yang menyelipkan nilai moral kehidupan yang membuat novel ini terasa hidup. Memuat 292 halaman dengan kertas HVS terang memanjakan pembaca menikmati novel ini dengan harga terjangkau. KEKURANGAN Dibanding buku pertama tetralogi Laskar Pelangi, cover novel Sang Pemimpi terasa biasa saja. Relevan dengan judul buku tapi tidak menjiwai keseluruhan isi buku yang tak hanya jadi pemimpi tapi berani meraih mimpi. SARAN Pemilihan cover yang lebih menggugah pembaca untuk membeli, membaca dan tentu saja memaknai keseluruhan isi buku akan menambah kesempurnaan novel “Sang Pemimpi”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar