Sabtu, 19 Juli 2014

Belajar Cinta dari Masha

Imut, lucu, jahil; tiga kata yang mewakili karakter utama dalam sebuah serial animasi Rusia yang tayang di salah satu televisi swasta nasional. Yap, siapa lagi kalau bukan Masha. I love love love this hyperactive and curious little girl. Andai bisa membawa anak kecil itu ke rumah, sepertinya rela diusilin terus asal bisa nyubit pipi merahnya. Sekalian bawa Misha juga, karena beruang teman Masha ini sabar dan bijak banget. Meski usia Masha baru sekitar tiga-empat tahunan tapi ulahnya bisa membuat Misha pusing tujuh keliling. Mulai dari tingkah usilnya mengganggu Misha yang sedang membaca atau mengisi TTS, mencoba membuat masakan yang berakhir bencana, dan ulah Masha lainnya yang ngga Cuma bikin Misha tapi juga tupai, kelinci dan serigala tetangga mereka ikut geleng-geleng kepala.

Mungkin banyak yang menertawakan karena saya suka nonton serial animasi anak-anak kayak gini. But wait, serial Masha and The Bear ini menurut saya adalah tontonan lintas generasi. Kenapa? Karena acara ini bisa ditonton bisa ditonton segala usia, gender dan status sosial. Ngga diskriminatif dan ngga juga segmentatif _ khusus buat anak-anak misalnya_. Ya, meskipun tidak bisa dipungkiri acara seperti ini identik dengan dunia anak-anak yang much more fun dan kadang terlalu imajinatif tapi serial Masha and The Bear ini punya kekuatan lain untuk menghipnotis saya (dan juga penonton lainnya mungkin) untuk stay tune di depan televisi sambil ikut tertawa mendengar gelak tawa khas Masha. Kekuatan itu ada pada CINTA. Is it too dramatized? Not at all. Cinta yang saya maksud disini bukan cinta seperti kebanyakan dijadikan tema sinetron atau film yang penuh intrik, tapi cinta yang dimplementasikan dengan sederhana in the real action and great affection. Even Masha adalah satu-satunya karakter dengan tubuh dan bahasa manusia namun itu bukan penghalang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan karakter fauna lainnya. Misha beruang paham dengan kata-kata Masha (atau hanya melihat ekspresi Masha?), demikian juga karakter hewan lainnya di serial ini. Sebaliknya, Masha pun bisa menangkap makna gesture tubuh dan suara para binatang teman-temannya itu. Ini membuktikan kekuatan cinta yang memang universal, tidak hanya terbatas pada pengungkapan melalui kosakata bahasa tapi juga keinginan saling memahami. Masha yang sering berulah dan membuat kakacauan di rumah Misha toh tidak pernah sampai membuat hewan besar satu ini marah besar dan berlaku kasar pada Masha. Biasanya Misha hanya menghukum Masha berdiri di sudut rumah sambil menghadap dinding atau menyuruh si usil ini merapikan rumah. Di akhir konflik antara Masha, Misha dan karakter lainnya akan selalu ada kebahagiaan yang lahir dari kebijakan Misha dan ketulusan Masha meminta maaf. Kesediaan memberi dan meminta maaf dengan tulus adalah bukti kekuatan cinta lain yang tersirat dalam serial ini. Full of happiness anyway _^^_
Nonton serial ini bisa jadi stress relieving buat saya. Mendengar suara gelak tawa Masha dan melihat bola mata hijaunya yang berbinar itu; so cute. Ditambah gaya bicara khas Masha dengan aksen Rusianya membuat serial ini nampak benar-benar "ada" sekaligus nyata. Two thumbs buat Alina Kukushkina yang jadi dubber Masha versi Rusia karena ada juga versi Inggris yang menurut saya kurang greget aja. Well, menonton acara yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberi pesan cinta, kenapa ngga?! Suka nonton serial animasi ngga selalu berkesan childish. Tergantung persepsi dan implementasi dalam kehidupan sehari-hari.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar